Sabtu, 23 April 2011

Mana yang harus ku pilih?

Bismillah, semoga yang saya tuliskan hanya sebuah curahan hati saya dan jauh dari fitnah dan segala macam hal yang buruk, amin.

Kurang lebih tiga tahun saya telah bersama seseorang yang telah membuat saya nyaman bersamanya. Apapun saya lakukan bersamanya, termasuk menuntut ilmu yang jauh dari orangtua kami masing-masing. Rasanya seneng banget bisa deket sama dia karena bisa lindungi saya dari segala hal dan bisa bimbing saya ketika saya jauh dari orangtua. Dia begitu baik, setia menemani saya kemanapun saya pergi dan setia menjaga saya dalam hatinya. Saya sayang dia.

Tapi, ketika kesetiaan tersebut mulai hilang karena amarah, bentakan suara dari mulutnya, emosi yang tinggi serta  keegoisan yang ada, saya merasa lemah dan merasa tidak pantas bersamanya lagi karena saya tidak bisa meredakan semua sifat buruknya itu. Saya malu atas itu semua. Saya merasa bersalah. Apapun yang saya lakukan mungkin sebenarnya sudah tidak berarti lagi.

Untuk kesekian kalinya saya mencoba untuk bertahan dengan nya, tapi sayang...kali ini saya benar-benar tidak bisa bertahan. Segala air mata yang saya keluarkan mungkin sudah tidak berarti bagi nya (dia sangat takut mengetahui saya menangis). Pada akhirnya, saya dan dia berpisah. Kalau boleh bicara, mungkin ini keputusan yang paling bodoh yang pernah saya ambil.

Tapi apa daya ketika saya sudah tidak tahan bersamanya. Saya merasa lemah. Lemah karena cinta yang tidak bisa membawa saya dan dia bersatu lagi. Mungkin kebohongan yang saya miliki atas dirinya memang sudah seharusnya diakhiri. Kebohongan yang sebenarnya saya benar-benar sudah tidak kuat bersamanya.

Ingin sekali rasanya mendapatkan yang lebih baik darinya. Religius, sabar, tidak mudah marah, tidak suka membentak, bisa meredakan keegoisan. Mungkin itu hanya khayalan (tidak mungkin ada manusia yang sesempurna itu). Ketika saya sedang galau seperti ini, mungkin tidak ada artinnya menulis seperti ini, tapi setidaknya saya bisa sedikit lebih lega ketimbang saya harus memendam sendiri.

Satu bulan tanpanya masih sangat asing bagi saya. Semuanya berantakan, semuanya hilang, TIDAK SEPERTI YANG DULU lagi yang sangat romantis. Siapa disangka "jika ada yang pergi, maka sebenarnya akan ada yang datang". Awalnya saya tidak percaya hal itu, see...ternyata benar. Saya mendapatkan yang jauh lebih baik darinya. Saya yakin itu kesempatan kedua saya yang diberikan oleh Alloh, karena sebelumnya saya pernah diberi kesempatan yang luar biasa untuk memperbaikin hati saya, tapi dengan bodohnya saya menolak. Saya tidak mau menyia-nyiakan kesempatan ini. Saya tau ini emas yang jauh lebih baik dari emas yang lain.

Yah, emas ini jauh lebih berkilau dari emas yang lain yang pernah saya miliki. Saya akan membawanya pergi jauh lebih dalam ke-kehidupan saya. Saya akan menjaganya dalam hati. Terimakasih ya Alloh.

Tapi, cerita ini tidak berhenti disini.
Ketika saya mendapatkan emas ini yang jauh lebih dari emas yang lain, kenapa emas yang lain ingin kembali padaku? Kalian tau, emas yang lain itu sudah  tidak berkilau lagi. Sudah tidak bisa saya simpan, karena emas yang saya miliki sekarang pasti jauh lebih mahal dan berharga daripada emas  yang lain.
Yah benar, emas itu selalu berkilau dan selalu bersinar dihatiku saat ini dan insyaalloh untuk selamanya,amin.
Selamat tinggal emas ku yang sudah tidak bisa berkilau dan Selamat datang emas ku yang selalu berkilau dihatiku.